Sementara
keyakinan terdahulu menegaskan bahwa para penulis Injil itu adalah para
 |
Isa Al-Masih |
murid dan
sahabat yang hidup semasa al-Masih, dan mereka menjadi saksi hidup atas
maklumat yang mereka tulis. Akan tetapi, saat sekarang ini menjadi jelas bahwa
tidak seorangpun dari para penulis Injil itu yang pernah bertemu Yesus. Para
penulis itu tanpa terkecuali bersandar pada riwayat-riwayat yang mereka dengar
dari orang lain atau dari penafsiran-penafsiran mereka terhadap tulisan-tulisan
kuno.
Berdasarkan
pada kenyataan ini, maka penemuan tulisan-tulisan kuno yang mendahului atau
semasa dengan zaman kehidupan Yesus di kawasan yang hanya berjarak beberapa
kilometer dari kota Jerusalem, yang disebut-sebut sebagai kota tempat
meninggalnya al-Masih, telah membangkitkan kembali harapan untuk menemukan
sumber-sumber pengetahuan untuk menyingkap tabir misteri dan hakikat persoalan
dalam sejarah institusi agama Kristen dan keterkaitannya dengan jemaat-jemaat Yahudi
yang ada pada masa itu. Antusiasme menjadi bertambah besar semenjak
dipublikasikannya bagianbagian awal manuskrip pada tahun enam puluhan. Maka
jelaslah bahwa tulisan-tulisan tangan itu berkaitan erat dengan kelompok Judeo-Kristen yang dikenal sebagai Kaum Esenes, yang memiliki seorang guru
bijak dengan sifat dan karakter yang tidak berbeda dengan al-Masih. Namun
sayang bahwa antusiasme yang muncul di kalangan para ilmuan sejarah kitab suci
dan para pembaca awam justru menimbulkan rasa cemas dan khawatir
dari pihak otoritas agama dan institusi-institusi Yahudi maupun Kristen. Alasan kecemasan itu tidak
berhubungan dengan rasa takut bahwa informasi yang berhasil diketemukan akan
menguatkan keimanan orang-orang muslim, sebab sejatinya bahwa tulisan-tulisan
itu merupakan tulisan keagamaan kuno. Namun kecemasan itu lebih mengarah pada
kekhawatiran akan terjadinya penyelewengan dan perubahan yang tidak saja berkenaan
dengan hakikat sejarah, tetapi juga meyangkut penafsiran teks-teks keagamaan
berikut maknanya.
Berdasarkan
alasan demikian ini, maka semenjak pemerintah Israel menduduki kota Jerusalem
Lama paska Perang Juni 1967, usaha-usaha penerbitan masuskrip Laut Mati secara
praktis terhenti. Sementara di sana masih tersisa lebih dari separoh yang belum
sempat diterbitkan. Bahkan lebih dari itu, pemerintah Israel berupaya untuk
membungkam suara-suara yang datang dari segala penjuru -yang paling lantang
justru dari para ilmuan Israel sendiri-. Untuk berkelit dari desakan terusmenerus
itu, pemerintah Israel merencanakan sebuah aksi simbolis. Pihak berwenang di
Depertemen Arkeologi Israel mengirimkan gambar-gambar potografi yang diklaim
sebagai telah mewakili seluruh naskah yang ada di musium Rockefeller di
Jerusalem, kepada Universitas Oxford di Inggris dan kepada sebuah universitas
di Amerika Serikat. Selanjutnya pemerintah Israel berpura-pura seolah-olah
geram dan melancarkan aksi protes ketika universitas yang dimaksud
menerjemahkan dan mempublikasikan gambar-gambar photografi manuskrip tersebut
tanpa izin resmi dari pemerintah Israel.
Drama simbolispemerintah Israel ini, agaknya dimaksudkan untuk memberi kesan seolah-olah
semua naskah manuskrip telah diterjemahkan dan dipublikasikan, sehingga dengan
demikian tidak akan ada lagi alasan pihak manapun untuk mendesak pemerintah
Israel agar memperlihatkan semua naskah kuno yang ada di tangannya. Bisa
dipastikan bahwa di sana masih ada sejumlah naskah yang potonganpotongannya
masih belum terpublikasikan, dan oleh pihak-pihak tertentu sengaja dirahasikan
keberadaannya, agar dengan demikian ia akan dilupakan kembali oleh sejarah.
Akan tetapi, bagian yang telah dipublikasikan sebelumnya, cukup untuk
memberikan penjelasan kepada kita apa sejatinya misteri yang oleh pihak
tertentu sengaja ditutup-tutupi. Inilah yang hendak kita coba untuk
mengungkapnya pada bahasan-bahasan berikut.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !